Minggu, 02 Desember 2012

Tipoid






“asuhan keperawatan tipoid fever”

 



OLEH
GLORIA BETSY ALFATINA
MARUTA WIJAYA




DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul TIPOID FEVER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah sebagai syarat untuk memenuhi kriteria penilaian. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa referensi buku maupun internet. Dan makalah ini berisikan tentang pengertian TIPOID FEVER, etiologi,gejala, faktor resiko, patofisiologi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan TIPOID FEVER.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca agar mereka dapat mengetahui dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang TIPOID FEVER. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.


Malang, 14 Agustus 2012


  Penyusun












DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................................       1
KATA PENGANTAR.............................................................................       2
DAFTAR ISI.............................................................................................       3
BAB I    :     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................       4
B.     Rumusan Masalah............................................................       4
C.     Tujuan .............................................................................       5
BAB II :      PEMBAHASAN
A.    Anatomi system percernaan.............................................       5
B.     Pengertian tipoid fever....................................................       12
C.     Etiologi Tipoid fever........................................................       12
D.    Patofisiologi.....................................................................       13
E.     Menifestasi klinis ............................................................       14
F.      Pemeriksaan diagnostik...................................................       15
G.    Penularan ........................................................................       16
H.    Pencegahan .....................................................................       16
I.       Penatalaksanaan Medis....................................................       18
J.       Asuhan Keperawatan.......................................................       18
BAB III :     PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................       24
B.     Saran................................................................................       24
DAFTAR PUSTAKA






BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan istilah tipes atau typhus. Sementara dalam dunia kesehatan disebut tipoid fever atau demam tipoid. Tipes sering juga disebut dengan typhus abdominalis karena berhubungan dengan usus pada perut. Typhus abdominalis sendiri adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 12-13 tahun (70-80%),namun juga banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun (10-20%) dan diatas usia 12 atau 13 tahun,yakni sebanyak 5-10% (arif mansjoer,1999)

B.     RUMUSAN MASALAH
·         Bagaimana anatomi fisiologi system pencernaan pada manusia?
·         Apa definisi tipoid fever?
·         Apa etiologidari tipoid fever?
·         Bagaimana patofisiologi tipoid fever?
·         Apa saja manifestasi klinik tipoid fever?
·         Bagaiman cara penularan tipoid fever?
·         Bagaimana pencegahan tipoid fever?
·         Bagaimana penatalaksanaan tipoid fever?
·         Bagaiman asuhan keperawatan tipoid fever?

C.     TUJUAN
·         Bagaimana anatomi fisiologi system pencernaan pada manusia?
·         Apa definisi tipoid fever?
·         Apa etiologidari tipoid fever?
·         Bagaimana patofisiologi tipoid fever?
·         Apa saja manifestasi klinik tipoid fever?
·         Bagaiman cara penularan tipoid fever?
·         Bagaimana pencegahan tipoid fever?
·         Bagaimana penatalaksanaan tipoid fever?
·         Bagaiman asuhan keperawatan tipoid fever?



























BAB 2
TINJAUAN TEORI
A.        ANATOMI FISIOLOGI
1.      Mulut
Di dalam mulut terdapat gigi,lidah,dan kelenjar pencernaan.organ organ percernaan ini berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanisme dban kimiawi.
a.       Gigi
          Gigi manusia terdiri dari gigi seri,taring dan graham.gigi sberi terletak di depan berbentuk sperti kapak,yang mempunyai fungsi untuk memotong makanan,disamping gigi terdapat gigi taring. Gigi taring ini berbentuk runcing dan berguna untuk merobek makanan. Di belakang gigi taring terdapat gigi geraham yang mempunyai fungsi untuk menghaluskan makanan
1.      Anatomi Gigi
Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian berikut
·         Puncak gigi atau mahkota gigi yaitu bagian yang tampak dari luar
·         Leher gigi yaitu bagian gigi yang terlindung di dalam gusi dan merupakan batas antara mahkota dan akar gigi serta
·         Akar gigi yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang
2.      Lapisan-lapisan gigi terdiri dari email, tulang gigi, semen gigi dan rongga gigi.
·         Email merupakan lapisan yang keras pada puncak gigi. Email berfungsi melindungi tulang gigi. Jika email rusak maka gigi akan rusak pula.
·         Tulang gigi yang terbuat dari dentin. Dentin ini berupa jaringan berwarna kekuningan
·         Semen gigi merupakan lapisan yang melindungi akar gigi. Semen gigi sering disebut juga sementum.
·         Rongga gigi merupakan ruang / rongga di bagian dalam gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah. Lubang yang dalam pada gigi dapat mencapai rongga gigi sehingga menimbulkan nyeri.

3.      Susunan Gigi
    Gigi manusia mulai tumbuh sejak bayi berumur 6-26 bulan. Gigi pada anak-anak disebut gigi susu atau sulung. Setelah anak berumur 6-14 tahun gigi susu tanggal satu per satu dan di ganti dengan gigi tetap. Gigi tersusun berderet pada rahang atas dan bawah. Gigi susu berjumlah 20 buah, terdiri atas gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah dan gigi geraham 8 buah. Gigi tetap pada orang dewasa berjumlah 32 buah, yang terdiri dari gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, gigi geraham 8 buah dan gigi geraham belakang 12 buah
b.      Lidah
Lidah berguna untuk membantu letak makanan didalam mulut serta mendorong makanan masuk ke kerongkongan. Selain itu, lidah juga berfungsi untuk mengecap atau merasakan makanan. Pada lidah, terdapat bagian yang lebih peka terhadap rasa-rasa tertentu seperti asin, masam, manis dan pahit.

c.       Kelenjar Ludah
Ludah dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar ludah yakni kelenjar ludah parotis, kelenjar ludah rahang bawah dan kelenjar ludah bawah lidah. Ludah yang dihasilkan kemudian dialirkan melalui saluran ludah yang bermuara ke dalam rongga mulut. Ludah mengandung air, lendir, garam dan enzim ptialin. Enzim ptialin berfungsi mengubah amilum menjadi gula yaitu maltose dan glukosa.
2.      Kerongkongan
Dari mulut, makanan masuk ke kerongkongan. Kerongkongan merupakan saluran panjang sebagai jalan makanan dari mulut ke lambung. Panjang kerongkongan kurang lebih 20 cm dengan diameter kurang lebih 2 cm. kerongkongan dapat melakukan gerakan melebar, menyempit, bergelombang dan meremas-remas untuk mendorong makanan masuk ke lambung. Gerak ini demikian disebut gerak peristaltik. Di esophagus makanan tidak mangalami proses pencernaan.
Di sebelah depan kerongkongan, terdapat saluran pernapasan yang disebut trakea. Trakea ini berfungsi menghubungkan rongga hidung dengan paru-paru. Pada saat kita menelan makanan, ada tulang rawan yang menutup lubang ke tenggorokan. Bagian tersebut dinamakan epiglotis yang mencegah masuknya makanan masuk ke paru-paru.
3.      Lambung
Lambung merupakan suatu kantong yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri, di bawah sekat rongga badan. Lambung dapat dibagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah kardia, fundus, pilorus. Berikut penjelasan untuk masing-masing bagian.
·         Kardia adalah bagian atas bisa di ibaratkan sebagai daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan.
·         Fundus adalah bagian tengah yang bentuknya membulat
·         Pilorus adalah bagian bawah daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari
Lambung mempunyai 2 otot lingkar yaitu otot lingkar kardia dan otot lingkar pilorus. Otot lingkar kardia terletak dibagian atas dan berbatasan dengan bagian bawah kerongkongan adalah untuk mencegah makanan dari lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut. Oto lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung. Di dalam lambung makanan di cerna secara kimiawi.
4.      Usus Halus
Usus halus merupakan saluran pencernaan terpanjang yang terdiri dari 3 bagian yaitu usus 12 jari, usus kosong dan usus penyerapan.
a.       Usus 12 jari
Bagian usus ini disebut usus 12 jari karena panjangnya sekitar 12 jari yang saling berjajar secara paralel. Di dalam dinding usus 12 jari terdapat muara saluran bersama dari kantong empedu yang berisi empedu. Cairan yang dihasilkan oleh hati ini berhuna untuk mengemulsikan lemak. Empedu berwarna kehijauan dan berasa pahit.
Pankreas terletak di bawah lambung dan menghasilkan getah pankreas. Getah pankreas ini mengandung enzim amilase, tripsinogen, dan lipase. Amilase mengubah zat tepung menjadi gula. Tripsinogen merupakan enzim yang belum aktif namun dapat diaktifkan terlebih dahulu oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus halus.
Enzim enterokinase mengubah tripsinogen menjadi tripsin yang aktif. Tripsin mengubah protein menjadi peptide dan asam amino. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Zat-zat hasil pencernaan tersebut mudah terserap oleh dinding usus melalui proses difusi dan osmosis. Zat-zat yang belum teruraikan dapat memasuki membrane sel usus melalui transport aktif.
b.      Usus Kosong
Panjang usus kosong antara 1,5 sampai 1,75 m. di dalam usus ini, makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Usus kosong menghasilkan getah usus yang mengandung lendir dan bermacam-macam enzim. Enzim-enzim tersebut dapat memecah molekul makanan menjadi lebih sederhana. Di dalam usus ini, makanan menjadi bubur yang lumat dan encer.
c.       Usus penyerapan
Usus penyerapan panjangnya antara 0,75 sampai 3,5 m. di dalam usus inilah terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus atau vili. Jonjot usus inilah yang menyebabkan permukaan ileum menjadi luas, sehingga proses penyerapan sari makanan dapat berjalan baik. Penyerapan sari makanan oleh usus halus disebut absorpsi.
Makanan yang mengalami pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Vitamin dan mineral tidak mengalami proses pencernaan. Glukosa, asam amino, vitamin dan mineral masuk ke dalam pembuluh darah kapiler yang ada dalam jonjot usus. Sari makanan dialirkan bersama makanan melalui pembuluh darah menuju hati. Glukosa sebagian disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen yang tidak larut dalam air.
Sebagian sari makanan yang lain diedarkan ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Asam lemak dan gliserol diangkut melalui pembuluh kil, Karena ukuran molekulnya cukup besar. Pembuluh kil adalah pembuluh limfa atau pembuluh getah bening yang ada di daerah usus. Selanjutnya, pembuluh kil ini akan bergabung dengan pembuluh kil lainnya sebelum akhirnya bermuara pada pembuluh getah bening di bawah tulang selangka.

5.      Usus Besar, Rektum, dan Anus
Usus besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus. Panjang usus besar lebih kurang satu meter. Batas antara usus halus dengan usus besar disebut sekum (usus buntu). Usus buntu memiliki tambahan usus yang disebut umbai cacing (apendiks). Peradangan pada usus tambahan tersebut dinamakan apendistis dan sering disebut sebagai “sakit usus buntu”. Usus besar terdiri atas bagian usus yang naik, mandatar dan menurun.
Fungsi utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan. Jika kadar air yang terkandung dalam sisa makanan berlebihan, kelebihan air ini akan diserap oleh usus besar. Sebaliknya, jika sisa makanan kekurangan air, maka akan diberi tambahan air.
Di dalam usus besar, terdapat bakteri pembusukan Escherichia Coli yang berperan membusukkan sisa makanan menjadi kotoran. Dengan demikian, kotoran menjadi lunak dan mudah dikeluarkan. Bakteri ini pada umumnya tidak menggangu kesehatan manusia, bahkan ada beberapa jenis yang menghasilkan vitamin K dan asam amino tertentu yang berguna bagi manusia.
Bagian akhir usus besar disebut poros usus (rektum). Panjang rektum ini lebih kurang 15 cm dan bermuara pada anus. Anus mempunyai dua macam otot, yaitu otot tak sadar dan otot sadar. Pada saat makanan sampai direktum, semua zat yang berguna telah diserap ke dalam darah, sedangkan sisanya berupa makanan yang tidak dapat dicerna, bakteri, dan sel-sel mati dari salurann pencernaan makanan. Campuran bahan-bahan tersebut dinamakan feses. Berbagai panyakit dapat masuk ke tubuh melalui sistem pencernaan makanan. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesehatan makanan harus dijaga

B.         DEFINISI
·         Tipes atau typhus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. (M.ardiasyah,2012)
·         Demam tipoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi (Widoyono,2008)
·         Demam tipoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluranpencernaan yang berpotensi menjadi multisistemik yang disebabkan oleh Samonella Typhi. (Arif Muttaqin.2011)


C.         ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah kuman salmonella typhi, salmonella para typhii A, dan salmonella paratyphii B. Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutunin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 0C (optimum 37 0C) dan pH pertumbuhan 6-8.


D.       
Gangguan pemebentukan eritrosit oleh sumsum tulang. Penghancuran eritrosit dan lekosit endotoksin
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal
PATOFISIOLOGI
Ketidakseimbangan nutrisi
Gangguan aktivitas sehari-hari
Mual,muntah, anoreksia, penurunan motilitas
Respon imflamasi sistemik
Terbentuknya nekrosis dan tukak di ileum
Sensitivitas serabut saraf lokal al
Distensi, ketidaknyaman abdomen
Nyeri
Respons inflasi RES
Splenomegali dan hepatomegali
Kelemahan fisik umum,malaise, kram otot, penurunan turgor,
Ke system muskuloskeletal dan integumen
Penyebaran kuman ke saluran limfatik dan sirkulasi darah sistemik
Ke system saraf pusat
Meningitis ensefalopati
Nyeri kepala perubahan kesadaran (apatis, delirium,  halusinasi)
Invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid menseterika
Invasi system retikulo endoteleal (RES)
Demam tipoid
Penurunan imunitas
Kecemasan pemenuhan informasi
Respon psikososial
Anemia,lekopenia
Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa
Hipertermi
Tidak adekuatnya asupan nutrisi
Respon inflamasi lokal intestinal
peritonitis
 




















1.      Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya lebih dari 10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respons imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju Lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak penyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesentrika.
2.      Jaringan limfoid plak penyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hyperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotlial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3.      Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S. typhi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi)
4.      Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak penyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia.
Proses patalogis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Enotoksin basil menempel direseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkna komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertam timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia (pembesar sel-sel) plak penyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak penyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu keempat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
E.         MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut:
1.      Demam
Demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, penderita terus demam dan pada minggu ketiga demam penderita berangsur-angsur normal.
2.      Gangguan pada Saluran Pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan.
3.      Gangguan Kesadaran
Kesadaran menurun, walaupun tidak terlalu merosot, yaitu apatis sampai samnolen atau somnolence (keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di samping gejala-gejala tersebut, pada punggung dan anggota gerak juga dijumpai adanya roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit.

F.         UJI DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosis penyakit tipoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a.       Pemeriksaan darah tepi
·         Terdapat gambaran leucopenia
·         Limfosistosis relative
·         Amesinofila pada permulaan sakit
·         Mungkin terdapat anemia dan trombositopeniaringan
b.      Pemeriksaan widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
·         Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
·         Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
·         Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
c.       Pemeriksaan darah untuk kultur  (biakan empedu

G.        PENULARAN
Prinsip penularan penyakit ini adalah fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Kontaminasi dapat terjadi juga terjadi pada sayuran mentah dan buah-buahan yang pohonnya dipupuk dengan kotoran manusia. Vector berupa serangga (antara lain lalat) juga berperan dalam penularan penyakit.

H.        PENCEGAHAN
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoi. Merebus air minum dan makanan sampai mendidih  sangat membantu. Sanitasi lingkungan,termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara lebih detail,strategi pencegahan demam tipoid mencangkup hal-hal berikut:
1.      Penyediaan sumber air minum yang baik
2.      Penyediaan jamban yang social
3.      Sosialisasi budaya cuci tangan
4.      Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5.      Pemberantasan lalat
6.      Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman
7.      Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
8.      Imunisasi
Imunisasi pencegahan tifoid termasuk dalam pengembangan imunisasi yang dianjurkan di Indonesia.  Akan tetapi,program ini masih belum biderikan secara gratis karena keterbatasan sumber daya peemerintahan Indonesia. Oleh sebab itu, orangtua harus membayar biaya imunisasi untuk anaknya. Jenis vaksin yang tersedia adalah:
1.      Vaksin parenteral utuh
Berasal dari sel S. Typhi utuh yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1 miliar kuman. Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun0,25 cc,dan dewasa 0,5 cc. Dosis diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Karena efek samping dan tingkat perlindungannya yang pendek,vaksin jenis ini sudah tidak beredar lagi.
2.      Vaksin oral Ty21a
Ini adalah vaksin oral yang mengandung S.Typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan pada usia minimal 6 tahun dengan dosis kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu,menurut laporan vaksin ini bertahan selama 5 tahun.
3.      Vaksin parenteral polisakarida
Vaksin ini berasal dari polisa Sakarida Vi dari kuman Salmonella. Vaksin diberikan secara parenteral dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan setiap 3 tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relative paling aman.



I.           PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian seperti berikut:
1.      Perawatan
·         Tirah baring total sampai minimal tujuh hari bebas demam tau kurang lebih selama 14 hari.
·         Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam sekali untuk mencegah dekubitus ( luka pada kulit,akibat penekanan yang terlalu lama,ulkus kulit,bedsores akibat terlalu lama berbaring ditempat tidur pada satu sisi tubuh tertentu).
·         Mobilisasi sesuai dengan kondisi
2.      Diet
·         Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air,lalu makanan lunak, dan kemudian makanan biasa)
·         Makanan yang mengandung cukup cairan,TKTP
·         Makanan harus mengandung cukup cairan,kalori dan tinggi protein,tidak boleh mengandung banyak serat,tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
3.      Pengobatan
·         Pemberian obat antibiotik
·         Pemberian obat antipiretik
·         Pemberian obat antiemetik

J.          ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
·         Riwayat kesehatan sekarang:
Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien,sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah yang muncul.
·         Riwayat kesehatan sebelumnya:
Apakan pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit yang lain dan berhubungan dengan system pencernaan,sehingga menyebabkan tipoid.
·         Riwayat tumbuh kembang (jika pada pasien anak)
·         Pemeriksaan fisik:
a.       Aktivitas/istirahat : kelemahan,malaise,kelelahan,cepat lelah,insomnia karena tidak diare dan kecemasan.
b.      Sirkulasi : takikardi (respon pada demam,dehidrasi,proses imflamasi dan nyeri),kemerahan.
c.       Entegritas ego: ansietas,emosi labil
d.      Eliminasi: tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk lunak,baud an berair.
e.       Pola makan: anoreksia,mual-muntah,penurunan berat badan
f.       Hygiene: tidak mampu dalam mempertahankan perawatan diri
g.      Integument: turgor buruk,kulit kering,lidah kotor
h.      Abdomen: nyeri tekan,hepatomegali,splenomegali
·         Pemeriksaan diagnostic

2.      Diagnosa
·         Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual muntah
·         Resiko tinggi cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh
·         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
·         Kurangan perawatan diri berhungan dengan bedrest total
3.      Rencana tindakan
Diagnosa 1          : Hipertermi berhubungandengan proses infeksi
Tujuan                 : Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1 x 24 jam hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil        :
·         Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
·         Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan
Intervensi:
1.      Evaluasi tanda-tanda vital
Rasional:
Sebagai pengawan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat
2.      Lakukan tirah baring total
Rasional:
Penurunan aktifitas akan menurunkan laju metabolism yang tinggi pada fase akut,dengan demikian membantu menurunkan suhu tubuh
3.      Atur lingkungan yang kondusif
Rasional:
Kondisi ruang yang tidak panas,tidak bising,dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan.
4.      Berikan kompres hangat pada daerah aksila,lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
Rasional:
Kompres hangat member efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan tubuh
5.      Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti kain katun
Rasional:
Pakaian yang tipis dan menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek dari evaporasi,sehingga suhu tubuh perlahan turun
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Rasional:
Antipiretik bertujuan untuk memblok respon panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.

Diagnosa 2          : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungandengan anoreksia dan mual muntah
Tujuan                 : setelah dilakukan tindakankeprawatan 1 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil        :
·         Tidak ada mual dan muntah
·         Nafsu makan meningkat
·         Klien dapat menghabiskan satu porsi makanan
·         Berat badan meningkat/tetap
Intervensi:
1.      Kaji pola makan dan status pasien
Rasional:
Sebagai dasar tindakan keparawatan selanjtnya
2.      Berikan makanan yang tidak merangsang (makanan pedas,asam dan mengandung gas)
Rasional:
Makanan yang merangsang (pedas,asam,mengandung gas) dapat mengakibatkan iritasi pada usus
3.      Berikan makanan lunak selama masa akut (masih ada panas atau suhu tubuh masih lebih dari normal)
Rasional:
Mencegah iritasi usus dan perforasi usus
4.      Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional:
Untuk mengetahui masukan masakan/penambahan berat badan
5.      Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya asupan nutrisi yang memadai untuk system kekebalan tubuh klien
Rasional:
Dengan memberikan pendidikan kesehatan akan menanbah informasi klien dan agar pasien dapat bersikap kooperatif
6.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antemetik dan vitamin
Rasional:
Pemberian obat yang sesuai indikasi adalah penanganan yang tepat,antiemetik dan vitamin digunakan sebagai penghilang mual dan penambah nafsu makan klien.
7.      Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang tepat
Rasional:
Diet yang tepat dan sesuia indikasi dapat mempercepatpenyembuhan klien.


Diagnosa 3            : Resiko tinggi cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh
Tujuan                   : setelah dilakukan tindakan keperawata 1 x 24 jam kebutuhan cairan seimbang
Kriteria hasil          :
·         Intake dan output seimbang
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal
·         Membrane mukosa lembab
·         Turgor kulit baik
·         Kulit lembab
·          
Intervensi:
1.      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
Rasional;
Hipotensi,takikardi,dan demam menunjukan respon terhadap kehilangan cairan
2.      Monitor tanda-tanda kekurangan cairan (turgor kulit buruk,produksi urine menurun,membrane mukosa kering,bibir pecah-pecah,dan pengisian kapiler lambat)
Rasional:
Tanda-tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
3.      Anjurkan klien banyak minum:
Rasional:
Untuk mengganti cairan yang hilang
4.      Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional;
Berat badan sebagai indicator kekurangan cairan dan nutrisi
5.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral.
Rasional;
Cairan parenteral digunakan untuk mempeerbaiki kekurangan volume cairan.












BAB 3
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Demam tipoid adalah penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Gejala penyakit ini demam,gangguan system pencernaan dan penurunan kesadaran.
B.     SARAN
Demam tipoid dapat dicegah dengan bebarapa cara,strategi pencegahan demam tipoid mencangkup hal-hal berikut:
1.      Penyediaan sumber air minum yang baik
2.      Penyediaan jamban yang social
3.      Sosialisasi budaya cuci tangan
4.      Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5.      Pemberantasan lalat
6.      Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman
7.      Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
8.      Imunisasi









DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif & Sari Kumala.2011.Gangguan Gastrointestinal.Jakarta:Salemba Medika
Ardiansyah M.2012.Medikal Bedah.Jogjakarta:Diva Press
Widoyono.2008.Penyakit Tropis Edisi 1.Jakarta:Penerbit Erlangga
Widoyono.2011.Penyakit Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit Erlangga


2 komentar:

tampilan blognya dhek, perlu di perbaiki,ok